[Invité]

Ketika sajian tersebut datang, tercium aroma gule yang wangi menggoda animo. Pikir pemiliknya, tongseng menggunakan kuah yang serupa dengan gule. Kendatipun demikian ditambah irisan kol dan faksi tomat hijau. Begitu kami mengaduk kuah, terlihat juga irisan bawang suci, bawang merah & campuran daging kambing beserta tetelan dengan pas royal. Kami kendati cepat mencoba tongseng mumpung masih panas. Kuahnya medhok karena penggunaan rempah kuat. Terjejak mereguk ketumbar, kunyit, & jintan dalam kuah berwarna cokelat pekat kekuningan ini. Semburat mengecap manis daripada kecap pula tercecap dalam lidah kami. Adanya pemanfaatan lada menghasilkan kuah lambat-kelamaan terasa bergolak dalam tenggorokan. Daging kambingnya swasembada sangat empuk. Tidak tersedia bau prengus khas kambing tertinggal dalam campuran daging dan tetelan di kuah. Tongseng bercitarasa gurih itu makin nikmat disantap secara sepiring nasi panas bertabur bawang goreng. Menu beda yang kami coba adalah setengah porsi sate kambing (Rp 18.000). Seporsinya mengandung 10 tusuk (Rp 35.000), namun kami cuma order 5 tusuk saja. Sate kambing disajikan bersama potongan bawang warna merah, irisan tomat, cabai rawit hijau, kol dan jeruk limau yang dibelah 2. Guyuran suplemen kecap hitam pekat & taburan lada tepung menutupi permukaan sate. Petunjuk khas sate kambing Solo tampil tampil daripada penyajian tersebut. Tatkala sate dicoba, daging bakarannya matang mencapai berbatas ke pada sebab potongannya tak terlalu gede. Mengecap manis tambahan pula meresap ke dagingnya. Namun sayangnya sate ini keempukannya tidak merata. Ada faksi dengan agak empuk, ada yang sedikit empuk. Warung Pak Agus tampaknya kadang sudah jumlah memiliki langganan. Pengunjung dengan datang, kerap kali menamai menu pesanannya "seperti biasa" pada ibu penjual. Tak hanya untuk makan dalam tempat, warung dengan sudah lambat muncul itu pula menerima pesanan ke rumah. Dikategorikan untuk acara aqiqah. Kangen tongseng atau sate khas Solo?